Sabtu, 18 Desember 2021

PENGEMBANGAN INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

 A.    Pendahuluan

 

            Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan baik pendidikan formal dan pendidikan non formal, guru harus cermat dalam memilih metode pembelajaran. Tidak hanya sekedar  metode yang digunakan yang diperhatikan oleh guru, tetapi hal-hal lain seperti media, sumber belajar dan lain sebagainya juga perlu diperhatikan untuk mendukung proses pembelajaran. Semua unsur yang digunakan guru dalam pembelajaran baik tu metde, media dan lain sebagainya arus menginduk pada tujuan pembelajaran. Hal ini menjadi tugas guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

            Tuntutan terkait dengan perkembangan dunia yang sudah memasuki abad ke-21 mengharuskan kompetensi siswa harus memiliki kecakapan atau keterampilan baik hard skill maupun soft skill. Senada dengan pendapat tersebut National Education Association (2002) menyatakan bahwa terdapat 18 macam 21st Century Skills yang perlu dibekalkan pada setiap individu, dimana salah satunya keterampilan abad 21 ialah Learning and Innovation Skills yang terdiri dari 4 aspek, yaitu critical thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi/ kerjasama), dan creativity (kreativitas). Learning and Innovation Skills 4Cs dapat dikuasai oleh generasi penerus bangsa salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan merupakan alternatif utama untuk mempersiapkan generasi penerus yang siap berkompetisi di abad 21. Kini peningkatan mutu pendidikan sangatlah diperlukan untuk menghadapi persaingan di era globalisasi. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia ialah dengan membenahi atau penyempurnaan kurikulum pendidikan yang berlaku serta merubah pola pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa salah satunya pada matapelajaran IPA.

            Pada proses pembelajaran seringkali siswa beranggapan bahwa matapelajaran IPA sulit untuk dipahami. Pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP) matapelajaran IPA guru harus membuat inovasi-inovasi pembelajaran yang akan dilakukan sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materinya. Menurut Marsigit (2018) inovasi pebelajaran harus dilakukan oleh guru supaya siswa merasa senang terhadap pembelajaran yang dilakukan. Karakteristik matapelajaran IPA yang senantiasa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, melakukan pengamatan, praktikum, observasi, demonstrasi alat praktikum, dan lain sebaginya menjadikan siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaranya.

            Berdasarkan uraian tuntutan di atas mengharuskan guru mendesain pembelajaran yang baik supaya performance dan kompetensi yang dimiliki siswa semakin lebih maksimal. Hal ini diharapkan proses pembelajaran yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan saat ini. Perlu adanya sebuah proses evaluasi kegiatan belajar mengajar yang konsisten dari pihak guru maupun dari pihak sekolahan dalam menjaga kualitas pembelajaran yang diterapkan.

Namun dengan adanya pandemi covid-19, paradigma pembelajaran yang semula bersifat tatap muka harus dijalankan secara online. Tentunya ini menjadi permaslahan tersendiri bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia tentang pola pembelajaran yang dilaksanakan secara online. Banyak sekali kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran secara online, mulai dari penguasaan teknologi, fasilitas IT, ketersediaan jaringan dan lain sebagainya. Hal ini berdampak pada kompetensi yang dikuasai oleh siswa.

B.    Pembelajaran di Masa Pandemi

Pandemic Covid-19 adalah krisis kesehatan yang saat ini melanda seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia. Wabah covid 19 yang terjadi saat ini merupakan penyakit yang menular yang sangat membahayakan nyawa setiap orang Pandemi ini menjadi kekhawatiran bersama dikarenakan dapat menyebar secara cepat bahkan menjadi ancaman yang sangat berat bagi kesehatan dan mengakibatkan kematian bagi seseorang yang terkonfirmasi virus covid-19. Sebagai upaya dalam memutus mata rantai penyebaran virus ini pemerintah menginstruksikan untuk menghentikan semua kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan masa. Dampak dari pandemic-Covid-19 mengakibatkan penutupan berbagai aktivitas mulai dari pendidikan, perkantoran dan lain sebagainya. Menurut Marsigit (2020) menyatakan bahwa perlu adanya kerjasama antar negara dalam mengatasi wabah pandemic covid-19, dikarenakan pandemic covid-19 tidak dapat di atasi oleh suatu negara atau sekelompok negara tertentu.

Pada saat ini wabah pandemi Covid-19 atau yang sering dikenal dengan virus corona merupakan wabah yang sedang melanda seluruh dunia termasuk negara Indonesia. Pandemi COVID-19 mengakibatkan perubahan pada banyak aspek kehidupan, khususnya dalam bidang pendidikan (Deliviana et al., 2020; Purwanto et al., 2020). Misalnya, penyelenggaraan pendidikan pada tingkat prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah hingga lembaga perguruan tinggi di Indonesia sudah tidak lagi mengadakan proses pembelajaran secara langsung, sejak pertengahan bulan Maret 2020 (Ramdani et al., 2020; Setiawan, 2020).

Pandemi covid-19 telah memberi dampak yang sangat serius bagi pendidikan di Indonesia. UNESCO memperkirakan bahwa Indonesia dapat mengalami loss generation akibat penutupan sekolah apabila pemerintah tidak mengambil kebijakan strategis menanggapi situasi yang terus berubah (Basilaia, G., & Kvavadze, D., 2020; Nicola et al., 2020; Rahmawati & Putri, 2020). Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah telah melarang perguruan tinggi untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka (konvensional) dan memerintahkan untuk menyelenggarakan perkuliahan atau pembelajaran secara daring (Surat Edaran Kemendikbud Dikti No. 1 tahun 2020). Perguruan tinggi dituntun untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran secara daring atau on line (Firman, F., & Rahayu, S., 2020).

Paradigma pembelajaran yang saat ini terapkan tentunya berubah secara total yang awalnya pembelajaran dilakukan secara tatap muka kini guru harus menerapkan pola pembelajaran secara online. Guru dan siswa sebagai elemen penting dalam pengajaran diharuskan melakukan migrasi besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumya dari pendidikan tatap muka ke pendidikan online (Bao, 2020; Basilaia & Kvavadze, 2020). Guru dan siswa harus mampu beradaptasi dengan situasi baru dimana pembelajaran dilaksanakan dengan tatap muka harus diganti dengan secara online. Dimana dalam tataranpelaksanaan pembelajaranya harus tersedia perangkat-perangkat teknologi seperti komputer, handphone, dan lain-lain yang dapat mengakses informasi dimana saja dan kapan saja (Gikas dan Grant: 2013). Hal ini akan mengakibatkan munculnya hambatan- hambatan baru yang akan dihadapi ketika melaksanakan proses pembelajaran secara daring (Febrianto, Mas’udah, & Megasari, 2020), terutama siswa yang tinggal di daerah terpencil. Menurut Parede (2011) pebelajaran yang diaksanakan secara daring (e-learning) memiliki kelebihan bagi guru dan siswa yaitu: 1) Fleksibel. Pembelajaran daring (e- learning) memudahkan siswa dan guru untuk mengakses pembelajaran kapanpun dan dimanapun. Fleksibilitas ini didukung juga dengan adanya perangkat teknologi seperti notebook, gadget yang dapat mengakses e-learning. Para siswa juga diberikan kesempataqn untuk mengakses referensi lain dari materi yang dibagikan oleh guru, sehingga kualitas pembelajaran mereka meningkat, 2) Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, bukubuku). Para siswa bisa menghemat biaya transportasi untuk datang ke tempat kegiatan pembelajaran karena pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka. Selain itu para siswa tidak perlu lagi membeli buku atau mencetak materi karena sekarang materi disampaikan oleh guru dalam bentuk file, 3) Para siswa dan guru dapat menggunakanmateri pembelajaran sesuai perencanaan yang didesain secara terorganisir, sehingga kualitas pembelajaran meningkat, 4) Para siswa dan guru dapat mengakses elearning selama ada internet kapanpun dan dimanapun. Hal itu dikarenakan, e-learning dapat menjangkau wilayah geografis yang lebih luas, 5) Para siswa bias mengakses internet dengan mudah untuk mencari materi tambahan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran, dan 6) Para siswa menjadi lebih mandiri dalam proses pembelajaran. Mereka bisa mendapatkan materi dengan mudah dan menyampaikan materi secara leluasa. Sehinnga pembelajaran akan berfokus pada siswa.

Namun dibalik kelebihan yang ditawarkan pembelajaran secara daring (elearning) juga mempunyai kendala dalam penerapannya. Menurut (Ni’mah, 2016) kendala dari E- learning ini, yaitu : 1. Listrik bisa padam ketika sedang mengakses program pembelajaran

1.  Belum tersedianya fasilitas internet secara merata dan juga jaringan internet yang buruk

2.   Komitmen dari orangtua yang tidak menentu 4. Mahasiswa/siswa yang sulit belajar dengan cara ini 5. Kesalahpahaman antara dosen/guru dan maha/siswa.

Meskipun demikian, kebijakan yang dikeluarkan tentunya tidak dapat memastikan semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya disemua kalangan, khusus nya sekolah didesa-desa yang kekurangan fasilitas berupa teknologi terpadu guna menunjang proses pembelajaran belajar online. Kurangnya biaya dan fasilitas yang memadai antara guru dengan siswanya membuat proses pembelajaran online tidaklah seefektif yang diharapkan. Menurut Brilianur, dkk (2020) menjelaskan bahwa tidak semua orang tua siswa mampu memenuhi sarana prasarana yang dibutuhkan ketika pelaksanaan pembelajaraan secara online dikarenakan kondisi ekonomi orang tua siswa yang berbeda-beda.

C.    Pembelajaran IPA di Masa Pandemi

 

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari secara langsung serta mempelajari segala sesuatu yang ada pada alam semesta. Pada dasarnya pembelajaran IPA juga dapat digunakan sebagai sebuah pemecahan masalah-masalah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini pembelajaran IPA bertujuan membantu siswa dalam memahami konsep IPA yang berhubungan dengan fenomena alam, dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hariserta dapat mengembangkan keterampilan, menanamkan sikap ilmiah pada diri peserta didik. Pembelajaran IPA secara bermakna mampu mengaktifkan siswa dalam penguasaan konsep dan mampu menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari- hari maka demikian pengaruh guru sangat berperan penting dalam peroses pembelajaranya (Safira, dkk: 2020).

Pembelajaran IPA hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuka rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang sedang dipelajari secara ilmiah. Hal ini akan membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuanya mulai dari aktivitas pengamatan terhadap apa yang diberikan guru diawal pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan aktivitas bertanya terhadap hasil yang telah diamati hingga bagaimana siswa mampu mengkomunikasikan materi yang dikuasainya kepada teman yang lain. Harapanya siswa mampu terangsang sehingga akan bertindak lebih aktif dan mampu menumbuhkan rasa ingin tahunya terhadap materi pelajaran serta memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Ketika proses pembelajaran, guru menggunakan pebelajaran satu arah dimana guru sebagai sumber informasi materi yang dipelajari dan siswa diibaratkan sebagai kapal yang kosong (emmpaty vessel). Hal ini mendefinisikan bahwa siswa diposisikan sebagai objek yang benar-benar tidak memiliki modal pegetahuan apun ketika mereka di dalam kelas. Anggapan inilah yang menjadikan guru memiliki mindside bahwa guru harus melakukan pembelajaran satu arah tanpa melihat modal pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Kasus seperti ini masih banyak terjadi di praktik-praktik pembelajaran di dunia pendidikan kita. Untuk itu perlu kegiatan evaluasi yang terprogram dan konsistem sebagai wujud perbaikan proses pembelajaran dengan harapan akan muncul inovasi-inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Inovasi-inovasi pembelajaran penting dilakukan oleh guru sebagai upaya dalam memberikan varasi dalam mengajar dan supaya siswa lebih senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 

Berdasarkan gambar di atas dapat memperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru harus merubah pola mengajarnya, yang awalnya bersifat pembelajaran tradisional dirubah kearah sifat pembelajaran yang inovatif. Melalui pembelajaran inovatif dengan siswa di libatkan secara langsung dalam mengkonstruk materi pembelajaranya, maka pembelajaran akan dirasakan oleh siswa lebih bermakna karena akan teringat lebih lama dalam pikiran siswa.

Ditambah dengan adanya wabah pandemic covid-19 ini menjadikan proses pembelajaran menjadi terhambat dikarenakan guru tidak dapat menyampaikan pembelajaran secara tatapmuka. Banyak sekali hal-hal yang tidak dapat berkembang dengan baik pada diri siswa dikarenakan pembelajaran online. Sebagai contoh, penilaian psikomotorik siswa, pada pembelajaran IPA selalu identic dengan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan yang sering dilakukan yaitu kegiatan praktikum, observasi dilapangan dan aktivitas-aktivitas yang lainya dalam rangka menumbuhkan psikomotorik siswa. Pada aspek ini tentunya guru tidak dapat menilai dengan maksimal dikarenakan keterbatasan kondisi guru yang toidak dapat bertemu langsung dengan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Meskipun perkembangan kasus covid-19 di Indonesia semakin melandai, namun ancaman datangnya gelombang kasus penyebaran covid-19 harus tetap diantisipasi dan


harus menjadi perhatian bersama tidak terkecuali para pemangku kebijakan khususnya di bidang pendidikan. Kondisi ini masih menjadi kendala atau masalah untuk guru matapelajaran khusus pada pelajaran IPA dalam menerapkan proses pembelajaran yang dilakukan. Sampai saat ini guru masih menggunakan metode tatap muka terbatas dalam proses pembelajaranya sehingga kegiatan belajar mengajar belum berjalan secara maksimal. Pembelajaran yang dikombinasikan antara offline dan online atau yang disebut dengan blended learning masih menjadi alternative solusi yang paling efektif dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tentunya perlu inovasi-inovasi baru yang harus dilakukan oleh guru dalam mengoptimalkan proses pembelajaran agar hasil yang diterapkan dapat memperoleh hasil yang maksimal. Salah satunya melalui pembuatan LKPD berbasis digital dalam mengembangkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

D.    LKPD IPA Berbasis Literasi Sains

Seiring perkembangan situasi saat ini di era pandemi Covid-19 proses pembelajaran tatap muka sudah mulai diterapkan meskipun terdapat beberapa daerah yang belm menerapkan secara maksimal pembelajaran tatap muka. Hal ini dikarenakan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 sehingga melalui dinas pendidikan mengeluarkan kebijakan masing-masing dalam penerapan pembelajaran tatapmuka dengan mengacu pada perkembangan penyebaran wabah Covid-19 didaerahnya. Untuk menunjang pembelajaran tersebut siswa membutuhkan bahan ajar atau media yang dapat membantu siswa untuk belajar mandiri di rumah.

Pengembangan lembar kerja peserta didik (LKPD) sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. LKPD atau yang dulu dikenal dengan sebutan LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Pemilihan LKPD sebagai bahan ajar dikarenakan LKPD dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi (Wardani, 2018:124). LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar- lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2014:204). Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2004:27), menyebutkan bahwa keuntungan LKPD adalah dapat memudahkan guru dalam melaksanakan


pembelajaran, dapat memotivasi siswa untuk belajar secara mandiri, belajar memahami dan belajar menjalankan tugas tertulis. Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Pengembangan lembar kerja peserta didik (LKPD) sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. LKPD atau yang dulu dikenal dengan sebutan LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Pemilihan LKPD dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi (Wardani, 2018:124). Menurut Farid (2010:1), menyatakan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu alternative pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Depdiknas (2004), menjelaskan bahwa dalam menyusun LKS harus memenuhi syarat-syarat dikdatik, konstruksi, teknik serta keterandalan dan kesahihan. Adapun penyusunan komponen LKS yang harus dipenuhi yaitu: topik yang dibahas, waktu yang tersedia, kompetensi dasar, indikator hasil belajar, rangkaian materi, alat dan bahan pelajaran yang digunakan, prosedur kegiatan, dan pertanyaan yang harus dikerjakan setelah melaksanakan kegiatan.

Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan LKS (Hendro Darmodjo dan Jenny

R.E Kaligis, 1992 : 40) antara lain :

 

1.     Memudahkan guru dalam mengelola proses belajar, misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana “guru sentris” menjadi “siswa sentris”.

2.     Membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja.

3.     Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya.

4.     Memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk mencapai sasaran belajar.


Tujuan LKS menurut Hidayat (2013) adalah LKS harus:

1.     memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.

2.     Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.

3.     Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.

Struktur LKPD secara umum adalah sebagai berikut (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: dalam sosialisasi dan pelatihan KTSP) meliputi : 1) judul LKPD, identitas mata pelajaran, semester, tempat; 2) petunjuk-petunjuk belajar; 3) kompetensi yang akan dipahami; 4) indikator; 5) informasi pendukung; 6) tugas dan langkah kerja pengerjaan dan

7) penilaian. LKPD yang inovatif dan kreatif akan memudahkan guru dalam mengarahkan dan melaksanakan pembelajaran, sedangkan bagi peserta didik dapat belajar secara mandiri dan belajar memahami dan melaksanakan tugas tertulis. Lembar kerja yang berkualitas memudahkan guru mengarahkan peserta didik menemukan konsep-konsep melalui aktivitas perorangan atau kelompok melalui instruksi didalamnya (Harahap, 2020:83).

LKS digunakan sebagai salah satu media pembelajaran acuan siswa dalam memandu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan juga sebagai alat dalam mencapai tujuan pembelajaran. LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip. Suatu bahan ajar LKS sebaiknya disusun berdasarkan strukturnya, sehingga diperoleh susunan LKS yang sistematis dan teratur. Di mana LKS memuat judul, kompetensi dasar, waktu penyelesaian, bahan atau alat yang digunakan, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dikerjakan siswa (Dinas Pendidikan Nasional, 2006). LKS sebagai jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar secara terarah (guided discovery activities). Hal ini berarti melalui LKS siswa dapat melakukan aktivitas sekaligus memperoleh semacam ringkasan dari materi yang menjadi dasar aktivitas berikut (Surachman, 1998:46).

Bahan ajar yang digunakan oleh siswa saat ini tidak efektif, karena tidak mendukung siswa untuk belajar mandiri, siswa membutuhkan bahan ajar yang menarik minat belajar. Bahan ajar yang dapat digunakan pada saat pembelajaran jarak jauh yaitu LKPD berbasis literasi sains, LKPD berbasis literasi sains ini sangat efektif untuk


digunakan oleh siswa pada saat pembelajaran jarak jauh, karena terdapat aspek-aspek literasi sains yang membuat siswa tertarik untuk belajar sains, aspek literasi sains dapat membantu siswa untuk mengetahui pengetahuan sains dan manfaat sains di kehidupan sehari-hari.

Kemampuan Literasi merupakan hal fundamental yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam menghadapi era global untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dalam berbagai situasi. Literasi sains merupakan kemampuan untuk memahami sains, mengkomunikasikan sains, serta menerapkan kemampuan sains untuk memecahkan masalah. Untuk meningkatkan kemampuan literasi sains disamping memerlukan motivasi peserta didik, guru juga perlu mempertimbangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didik yang mana pada proses pembelajarannya menitik beratkan pada pemberian pengalaman langsung dan pengaplikasian hakikat sains (Yuliati, 2017:21). Menurut Gormally et al. (2012:364), mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan fakta-fakta sains dari bermacam-macam informasi, mengenal dan menganalisis penggunaan metode penyelidikan saintifik serta kemampuan untuk mengorganisasi, menganalisis, menginterpretasikan data kuantitatif dan informasi sains. Menurut Roenah, Kartika (2019: 94-95), ada empat kategori literasi sains yang harus termuat dan menjadi landasan dalam pengajaran sains. Empat kategori literasi tersebut adalah sains sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge), sains sebagai cara untuk menyelidiki (way of investigating), sains sebagai cara berpikir (way of thinking), dan interaksi sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (interaction of science, environment, technology, and society).

Literasi sains seharusnya dikuasai siswa yang berhubungan dengan bagaimana kepedulian siswa terhadap lingkungan, kesehatan, ekonomi, masalah sosial teknologi, dan kemajuan, serta perkembangan ilmu pengetahuan. Terdapat beberapa faktor yang mengindikasikan kurangnya kemampuan literasi sains siswa khususnya di Indonesia, antara lain siswa jarang melakukan kegiatan praktikum dan kurangnya pengetahuan siswa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (Rusilowati et al., 2016:183). Beberapa penelitian yang mendukung bahwa penggunaan LKPD berbasis literasi sains dapat meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik antara lain penelitian Susiani et al., (2017) yang


menyatakan bahwa LKPD berbasis literasi sains pada materi tumbuhan yang dikembangkan efektif meningkatkan ketuntasan belajar sebesar 93,75 %.

Inovasi pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 menggunakan paradigma baru bagi lembaga pendidikan yang tidak lagi melaksanakan proses pembelajaran melalui tatap muka di dalam kelas dengan memanfaatkan teknologi (Chen, et al., 2020; Fitriyani, et al., 2020). Peran penting sistem informasi teknologi jarak jauh dengan daring (online) dalam pendidikan harus disiapkan untuk menjalankan metode learning from home. Salah satu alternatifnya adalah mengembangkan bahan ajar desains digital seperti Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang bisa diakses menggunakan handphone dan laptop (Gunawan, 2017; Basilaia & Kvavadze, 2020). Melalui inovasi digital ini, permasalahan pembelajaran IPA dapat teratasi meskipun belum mencakup semua kompetensi yang erdapat pada pelajaran IPA. Dengan adanya teknologi akan mempermudah siswa dalam mengakses salah satunya LKS yang dibuat oleh guru sehingga penguasaan materi pelajaran dapat diserap oleh siswa dengan baik.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bao, W. 2020. COVID-19 and online teaching in higher education : A case study of Peking University. March, 113–115.https://doi.org/10.1002/hbe2.191

Basilaia, G., & Kvavadze, D. 2020. Transition to Online Education in Schools during a SARS-CoV-2 Coronavirus (COVID-19) Pandemic in Georgia. Pedagogical Research, 5(4). https://doi.org/10.29333/pr/7937

Briliannur, B. C, Amelia, A, Hasanah, U, Putra, M.A, Rahman, H. 2020. Analisis Keefektifan Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Vol. 1 No. 20: 28-37.

Chen, J., Qi, T., Liu, L., Ling, Y., Qian, Z., Li, T., & Song, Z. (2020). Clinical progression of patients with COVID-19 in Shanghai, China. Journal of Infection.

Deliviana, E., Erni, M. H., Hilery, P. M., & Naomi, N. M. (2020). PENGELOLAAN KESEHATAN MENTAL MAHAPESERTA DIDIK BAGI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN ONLINE DI MASA PANDEMI COVID19. Jurnal Selaras:

Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan, 3(2), 129-138. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/sel/articl e/view/270

Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2007. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2004. Pedoman Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa dan Skenario pembelajaran Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Febrianto, P. T., Mas’udah, S., & Megasari, L. A. 202). Implementation of Online Learning during the Covid-19 Pandemic on Madura Island, Indonesia. International Journal of Learning, Teaching and Educational Research, 19(8), 233–254. https://doi.org/10.26803/ijlter.19.8.13

Gikas, J., & Grant, M. M. 2013. Mobile computing devices in higher education: Student perspectives on learning with cellphones, smartphones & social media. Internet and Higher Education. https://doi.org/10.1016/jjheduc.2013.06.002

Gunawan, G., Harjono, A., Sahidu, H., & Herayanti, L. (2017). Virtual laboratory to improve students' problem-solving skills on electricity concept. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6(2), 257-264

Gormally, C., Peggy B., & Mary L., 2012. Developing a Test of Scientific Literacy Skills (TOLS): Measuring Undergraduates‘ Evaluation of Scientific Information and Arguments. CBE-Life Sciences Education, 11 (2012), 364-377.

Harahap, H. S., (2020). Efektivitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Literasi Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia. Bedelau: Journal of Education and Learning. 1(1) : 82-88.

Holbrook, J. & Milia R. 2009. “The Meaning of Scientific Literacy”. International Journal of Environmental & Science Educational, 4 (3), 144-150.

Kartika & Roenah (2019). Pengembangan Modul Ipa Berbasis Literasi Sains Pada Materi Suhu, Pemuaian, Dan Kalor Untuk Peserta Didik Smp/Mts Kelas VII. Jurnal Riset Pendidikan Fisika 4 (2), 91-97.

Khoir, A. (2008). Kesulitan belajar sains: Studi Pada Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Sains Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 10 Jatimulya Kabupaten Bekas. [versi elektronik]. Turats. 4. 1-21.

Marsigit. 2020. Logika Murni Untuk Mengatasi Pandemic Covid-19. https://suyanto.id/logika-murni-untuk-mengatasi-pandemi-covid-19/ diakses tanggal 10 Desember 2021 Pukul 20.30

Marsigit, Condromukti. R, Setiana. D. S, dan Hardiarti, S. (2018). Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika. Proseeding Seminar Nasional Etnomatsenia.

Marsigit. 2020. The ICEBERG Approach of Learning Fractions in Junior High School: Teachers Refleksion Prior Lesson Study Activities. APEC-Chiang Mai International Symposium IV.

Marsigit. (2008). Lesson study: Pendekatan Baru untuk Pembelajaran Matematika pada Murid Berkebutuhan Khusus. Workshop dan Simposium Internasional Universitas Negeri Yogyakarta 23-25 Agustus 2008


McMillan, H, J. (2018). Classroom Assesment: Principles and Practice for Effective Standards-Based Instruction. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data: United States of America

Nicola, M., Alsafi, Z., Sohrabi, C., Kerwan, A., AlJabir, A., Iosifidis, C., & Agha, R. (2020). The socio-economic implications of the coronavirus and COVID-19 pandemic: a review. International Journal of Surgery

Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Hyun, C. C., Wijayanti, L. M., & Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1-12Safira, A. C, Setyawan, A dan Citrawati,

T. (2020). Identifikasi Pemasalahan Pembelajaran IPA Pada Siswa Kelas 3 SDN Buluh 3 Socah. Jurnal Pendidikan MIPA. Vol 1. No 1

Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Rahmawati, R., & Putri, E. M. I. (2020, June). Learning From Home dalam Perspektif Persepsi Mahapeserta didik Era Pandemi Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional Hardiknas (Vol. 1, pp. 17-24).

Ramdani, A., Jufri, A., & Jamaluddin, J. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Android pada Masa Pandemi Covid-19 untuk Meningkatkan Literasi Sains Peserta Didik. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 6(3), 433- 440. doi: https://doi.org/10.33394/jk.v6i3.2924

Rusilowati, dkk., (2015). Pengembangan Buku Ajar IPA Terpadu Berorientasi Literasi Sains Materi Energy Dan Suhu. Journal Of Innovative Science Education. 4 (2) : 34-40.

Setiawan, A. R. (2020). Penerapan pendekatan saintifik untuk melatihkan literasi saintifik dalam domain kompetensi pada topik gerak lurus di sekolah menengah pertama. https://thesiscommons.org/9e6zk/

Staker, H, Horn M.B. (2012). Classifying K-12 Blendd Learning Innosight Insttitut Susiani, S. Indana, & N. K. Indah. 2017. Validitas dan Efektivitas LKS Berbasis Literasi

Sains pada Materi Tumbuhan untuk Siswa Kelas X. E journal Unesa, 6(1): 60-67. Wardani, N. D, Toenlioe E, J, A dan Wedi, A. (2018). Daya Tarik Pembelajaran di Era 21

Dengan Blended Learning. JKTP Vol 1 No. 1: hal 13-18


Tidak ada komentar:

Posting Komentar