A. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan baik pendidikan formal dan pendidikan non formal, guru
harus cermat dalam memilih metode pembelajaran. Tidak hanya sekedar metode yang digunakan yang diperhatikan oleh
guru, tetapi hal-hal lain seperti media, sumber belajar dan lain sebagainya
juga perlu diperhatikan untuk mendukung proses pembelajaran. Semua unsur yang
digunakan guru dalam pembelajaran baik tu metde, media dan lain sebagainya arus
menginduk pada tujuan pembelajaran. Hal ini menjadi tugas guru untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
Tuntutan terkait dengan perkembangan
dunia yang sudah memasuki abad ke-21 mengharuskan kompetensi siswa harus
memiliki kecakapan atau keterampilan baik hard
skill maupun soft skill. Senada
dengan pendapat tersebut National Education Association (2002) menyatakan bahwa
terdapat 18 macam 21st Century Skills yang perlu dibekalkan pada setiap
individu, dimana salah satunya keterampilan abad 21 ialah Learning and Innovation Skills yang terdiri dari 4 aspek, yaitu critical thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi/ kerjasama),
dan creativity (kreativitas). Learning and Innovation Skills 4Cs dapat
dikuasai oleh generasi penerus bangsa salah satunya melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan alternatif utama untuk mempersiapkan generasi penerus yang
siap berkompetisi di abad 21. Kini peningkatan mutu pendidikan sangatlah
diperlukan untuk menghadapi persaingan di era globalisasi. Salah satu upaya
konkrit yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia ialah dengan membenahi atau
penyempurnaan kurikulum pendidikan yang berlaku serta merubah pola pembelajaran
yang menitikberatkan pada aktivitas siswa salah satunya pada matapelajaran IPA.
Pada proses pembelajaran seringkali
siswa beranggapan bahwa matapelajaran IPA sulit untuk dipahami. Pada tingkat
sekolah menengah pertama (SMP) matapelajaran IPA guru harus membuat
inovasi-inovasi pembelajaran yang akan dilakukan sehingga siswa akan lebih
mudah dalam memahami materinya. Menurut Marsigit (2018) inovasi pebelajaran
harus dilakukan oleh guru supaya siswa merasa senang terhadap pembelajaran yang
dilakukan. Karakteristik matapelajaran IPA yang senantiasa berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, melakukan pengamatan, praktikum, observasi, demonstrasi
alat praktikum, dan lain sebaginya menjadikan siswa harus terlibat aktif dalam
pembelajaranya.
Berdasarkan
uraian tuntutan di atas mengharuskan guru mendesain pembelajaran yang baik
supaya performance dan kompetensi yang dimiliki siswa semakin lebih maksimal.
Hal ini diharapkan proses pembelajaran yang dilakukan benar-benar sesuai dengan
kebutuhan yang diharapkan saat ini. Perlu adanya sebuah proses evaluasi
kegiatan belajar mengajar yang konsisten dari pihak guru maupun dari pihak
sekolahan dalam menjaga kualitas pembelajaran yang diterapkan.
Namun dengan adanya pandemi covid-19,
paradigma pembelajaran yang semula bersifat tatap muka harus dijalankan secara
online. Tentunya ini menjadi permaslahan tersendiri bagi dunia pendidikan
khususnya di Indonesia tentang pola pembelajaran yang dilaksanakan secara
online. Banyak sekali kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran secara online, mulai dari penguasaan teknologi, fasilitas IT,
ketersediaan jaringan dan lain sebagainya. Hal ini berdampak pada kompetensi
yang dikuasai oleh siswa.
B. Pembelajaran di Masa Pandemi
Pandemic Covid-19 adalah krisis
kesehatan yang saat ini melanda seluruh dunia
tidak terkecuali Indonesia. Wabah covid 19 yang
terjadi saat ini merupakan penyakit yang menular yang sangat membahayakan nyawa setiap orang Pandemi ini menjadi kekhawatiran bersama dikarenakan dapat
menyebar secara cepat bahkan menjadi
ancaman yang sangat berat bagi kesehatan
dan mengakibatkan kematian bagi seseorang yang terkonfirmasi virus
covid-19. Sebagai upaya dalam memutus
mata rantai penyebaran virus ini pemerintah
menginstruksikan untuk menghentikan semua kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan masa. Dampak dari pandemic-Covid-19 mengakibatkan penutupan
berbagai aktivitas mulai dari pendidikan, perkantoran dan lain sebagainya. Menurut Marsigit (2020) menyatakan bahwa
perlu adanya kerjasama antar negara dalam mengatasi
wabah pandemic covid-19, dikarenakan pandemic covid-19 tidak dapat di atasi oleh
suatu negara atau sekelompok negara
tertentu.
Pada saat ini wabah pandemi Covid-19
atau yang sering dikenal dengan virus corona merupakan wabah yang sedang
melanda seluruh dunia termasuk negara
Indonesia. Pandemi COVID-19
mengakibatkan perubahan pada banyak aspek kehidupan, khususnya dalam
bidang pendidikan (Deliviana et al., 2020; Purwanto et al., 2020). Misalnya, penyelenggaraan pendidikan pada tingkat
prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah hingga lembaga
perguruan tinggi di Indonesia sudah tidak lagi mengadakan proses pembelajaran secara
langsung, sejak pertengahan bulan Maret 2020 (Ramdani et al., 2020;
Setiawan, 2020).
Pandemi
covid-19 telah memberi dampak yang sangat serius bagi
pendidikan di Indonesia. UNESCO memperkirakan bahwa Indonesia dapat mengalami loss generation akibat penutupan sekolah
apabila pemerintah tidak mengambil kebijakan
strategis menanggapi situasi yang terus berubah (Basilaia, G., &
Kvavadze, D., 2020; Nicola et al.,
2020; Rahmawati & Putri, 2020). Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah telah melarang
perguruan tinggi untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka (konvensional) dan memerintahkan untuk menyelenggarakan perkuliahan atau pembelajaran secara daring (Surat Edaran Kemendikbud Dikti No. 1 tahun 2020). Perguruan tinggi dituntun untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran secara daring atau on line (Firman,
F., & Rahayu, S., 2020).
Paradigma pembelajaran yang saat ini terapkan
tentunya berubah secara
total yang awalnya
pembelajaran dilakukan secara
tatap muka kini guru harus menerapkan pola pembelajaran secara
online. Guru dan siswa sebagai
elemen penting dalam pengajaran diharuskan melakukan migrasi besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumya dari pendidikan tatap muka ke pendidikan online
(Bao, 2020; Basilaia
& Kvavadze, 2020).
Guru dan siswa harus mampu beradaptasi dengan situasi baru dimana pembelajaran dilaksanakan dengan
tatap muka harus diganti dengan
secara online. Dimana dalam tataranpelaksanaan pembelajaranya harus tersedia
perangkat-perangkat teknologi seperti
komputer, handphone, dan lain-lain yang dapat mengakses
informasi dimana saja dan kapan
saja (Gikas dan Grant: 2013). Hal ini akan mengakibatkan munculnya hambatan- hambatan baru yang akan dihadapi ketika melaksanakan proses
pembelajaran secara daring
(Febrianto, Mas’udah, &
Megasari, 2020), terutama
siswa yang tinggal
di daerah terpencil. Menurut Parede (2011) pebelajaran yang diaksanakan secara daring (e-learning) memiliki kelebihan bagi guru dan siswa yaitu:
1) Fleksibel. Pembelajaran daring (e- learning) memudahkan siswa dan guru untuk
mengakses pembelajaran kapanpun
dan dimanapun. Fleksibilitas ini didukung juga dengan adanya perangkat teknologi seperti notebook, gadget yang dapat mengakses e-learning. Para siswa juga diberikan kesempataqn untuk mengakses referensi
lain dari materi yang dibagikan
oleh guru, sehingga kualitas pembelajaran mereka meningkat, 2) Menghemat biaya pendidikan secara
keseluruhan (infrastruktur, peralatan, bukubuku). Para siswa bisa menghemat
biaya transportasi untuk datang ke tempat kegiatan
pembelajaran karena pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka. Selain
itu para siswa tidak perlu lagi membeli buku atau mencetak
materi karena sekarang materi disampaikan oleh guru dalam bentuk file,
3) Para siswa dan guru dapat menggunakanmateri pembelajaran sesuai perencanaan yang didesain secara terorganisir,
sehingga kualitas pembelajaran meningkat, 4) Para siswa dan guru dapat mengakses elearning selama ada internet
kapanpun dan dimanapun. Hal itu dikarenakan,
e-learning dapat menjangkau wilayah geografis yang lebih luas, 5) Para siswa bias mengakses
internet dengan mudah untuk mencari materi tambahan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran, dan 6) Para
siswa menjadi lebih mandiri dalam proses pembelajaran. Mereka bisa mendapatkan materi dengan mudah dan menyampaikan materi secara
leluasa. Sehinnga pembelajaran akan berfokus pada siswa.
Namun dibalik kelebihan yang ditawarkan
pembelajaran secara daring (elearning) juga
mempunyai kendala dalam penerapannya. Menurut (Ni’mah, 2016) kendala dari E- learning
ini, yaitu : 1. Listrik bisa
padam ketika sedang mengakses program
pembelajaran
1. Belum tersedianya fasilitas internet secara
merata dan juga jaringan internet
yang buruk
2.
Komitmen dari orangtua yang tidak
menentu 4. Mahasiswa/siswa yang sulit belajar
dengan cara ini 5. Kesalahpahaman antara dosen/guru dan maha/siswa.
Meskipun demikian, kebijakan yang
dikeluarkan tentunya tidak dapat memastikan
semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya disemua kalangan, khusus nya
sekolah didesa-desa yang kekurangan
fasilitas berupa teknologi terpadu guna menunjang proses pembelajaran belajar online. Kurangnya biaya dan fasilitas yang
memadai antara guru dengan siswanya
membuat proses pembelajaran online tidaklah seefektif
yang diharapkan. Menurut Brilianur, dkk (2020) menjelaskan
bahwa tidak semua orang tua siswa mampu memenuhi
sarana prasarana yang dibutuhkan ketika pelaksanaan pembelajaraan secara online dikarenakan kondisi ekonomi orang tua siswa yang berbeda-beda.
C. Pembelajaran IPA di Masa Pandemi
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan
ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan
kehidupan manusia sehari-hari secara langsung serta mempelajari segala sesuatu yang ada pada alam semesta. Pada dasarnya
pembelajaran IPA juga dapat digunakan sebagai
sebuah pemecahan masalah-masalah yang
dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini pembelajaran IPA bertujuan membantu
siswa dalam memahami
konsep IPA yang berhubungan dengan fenomena alam, dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hariserta dapat mengembangkan keterampilan, menanamkan sikap ilmiah
pada diri peserta didik. Pembelajaran IPA secara bermakna mampu mengaktifkan siswa dalam penguasaan konsep
dan mampu menerapkan ilmunya dalam kehidupan
sehari- hari maka demikian pengaruh
guru sangat berperan
penting dalam peroses
pembelajaranya (Safira, dkk: 2020).
Pembelajaran IPA hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuka rasa ingin tahu siswa terhadap
materi yang sedang dipelajari secara ilmiah. Hal ini akan membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuanya
mulai dari aktivitas pengamatan
terhadap apa yang diberikan guru diawal pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan aktivitas bertanya terhadap hasil
yang telah diamati hingga bagaimana siswa mampu mengkomunikasikan materi yang dikuasainya kepada teman yang lain. Harapanya siswa mampu terangsang sehingga akan bertindak lebih aktif dan
mampu menumbuhkan rasa ingin tahunya terhadap
materi pelajaran serta memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Ketika proses pembelajaran, guru menggunakan pebelajaran satu arah dimana guru sebagai sumber informasi materi yang dipelajari dan siswa diibaratkan sebagai kapal yang kosong (emmpaty vessel). Hal ini mendefinisikan bahwa siswa diposisikan sebagai objek yang benar-benar tidak memiliki modal pegetahuan apun ketika mereka di dalam kelas. Anggapan inilah yang menjadikan guru memiliki mindside bahwa guru harus melakukan pembelajaran satu arah tanpa melihat modal pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Kasus seperti ini masih banyak terjadi di praktik-praktik pembelajaran di dunia pendidikan kita. Untuk itu perlu kegiatan evaluasi yang terprogram dan konsistem sebagai wujud perbaikan proses pembelajaran dengan harapan akan muncul inovasi-inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Inovasi-inovasi pembelajaran penting dilakukan oleh guru sebagai upaya dalam memberikan varasi dalam mengajar dan supaya siswa lebih senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan gambar di atas dapat
memperoleh informasi bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus
merubah pola mengajarnya, yang awalnya bersifat pembelajaran tradisional dirubah kearah sifat pembelajaran yang inovatif. Melalui
pembelajaran inovatif dengan siswa di libatkan secara langsung
dalam mengkonstruk materi pembelajaranya, maka
pembelajaran akan dirasakan oleh siswa lebih bermakna karena akan teringat
lebih lama dalam pikiran siswa.
Ditambah dengan adanya wabah pandemic covid-19
ini menjadikan proses pembelajaran menjadi
terhambat dikarenakan guru tidak dapat menyampaikan pembelajaran secara tatapmuka. Banyak sekali hal-hal yang tidak dapat berkembang dengan baik pada diri siswa dikarenakan
pembelajaran online. Sebagai contoh, penilaian
psikomotorik siswa, pada pembelajaran IPA selalu identic
dengan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan yang sering dilakukan yaitu kegiatan praktikum, observasi dilapangan
dan aktivitas-aktivitas yang lainya dalam rangka menumbuhkan psikomotorik siswa. Pada aspek ini tentunya guru tidak
dapat menilai dengan maksimal dikarenakan keterbatasan kondisi
guru yang toidak dapat bertemu
langsung dengan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Meskipun perkembangan kasus covid-19 di
Indonesia semakin melandai, namun ancaman datangnya
gelombang kasus penyebaran covid-19 harus tetap diantisipasi dan
harus menjadi perhatian bersama tidak terkecuali para
pemangku kebijakan khususnya di bidang pendidikan. Kondisi ini masih menjadi kendala
atau masalah untuk guru matapelajaran khusus pada pelajaran IPA
dalam menerapkan proses pembelajaran yang dilakukan.
Sampai saat ini guru masih menggunakan metode tatap muka terbatas dalam proses pembelajaranya sehingga
kegiatan belajar mengajar
belum berjalan secara maksimal.
Pembelajaran yang dikombinasikan antara offline dan online atau yang disebut dengan
blended learning masih menjadi alternative solusi yang paling
efektif dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tentunya perlu inovasi-inovasi baru yang harus dilakukan oleh guru dalam mengoptimalkan proses pembelajaran agar hasil yang diterapkan
dapat memperoleh hasil yang maksimal. Salah satunya melalui pembuatan LKPD berbasis digital
dalam mengembangkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
D.
LKPD IPA Berbasis
Literasi Sains
Seiring perkembangan situasi
saat ini di era pandemi
Covid-19 proses pembelajaran tatap muka sudah mulai diterapkan meskipun terdapat beberapa
daerah yang belm menerapkan secara maksimal pembelajaran tatap muka. Hal ini dikarenakan untuk mencegah
penyebaran virus Covid-19 sehingga melalui dinas pendidikan mengeluarkan kebijakan masing-masing dalam penerapan
pembelajaran tatapmuka dengan
mengacu pada perkembangan penyebaran wabah Covid-19
didaerahnya. Untuk menunjang
pembelajaran tersebut siswa
membutuhkan bahan ajar atau media yang dapat membantu siswa untuk belajar mandiri di rumah.
Pengembangan lembar kerja peserta didik
(LKPD) sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. LKPD atau yang dulu dikenal
dengan sebutan LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik lembar kegiatan biasanya
berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Pemilihan LKPD sebagai bahan ajar dikarenakan LKPD dapat dirancang
dan dikembangkan sesuai dengan kondisi
dan situasi kegiatan
pembelajaran yang akan dihadapi
(Wardani, 2018:124). LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar- lembar kertas yang berisi materi,
ringkasan, dan petunjuk
pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa,
yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2014:204). Direktorat
Pendidikan Menengah Umum (2004:27), menyebutkan bahwa keuntungan LKPD adalah dapat memudahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, dapat memotivasi siswa untuk belajar secara
mandiri, belajar memahami dan belajar
menjalankan tugas tertulis. Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
Pengembangan lembar kerja peserta didik
(LKPD) sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. LKPD atau yang dulu dikenal
dengan sebutan LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Pemilihan LKPD dapat dirancang dan
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi
kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi (Wardani, 2018:124). Menurut
Farid (2010:1), menyatakan bahwa Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) merupakan salah satu alternative pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu
peserta didik untuk menambah informasi
tentang konsep yang dipelajari melalui
kegiatan belajar secara
sistematis.
Depdiknas (2004), menjelaskan bahwa
dalam menyusun LKS harus memenuhi syarat-syarat dikdatik,
konstruksi, teknik serta keterandalan dan kesahihan. Adapun penyusunan
komponen LKS yang harus dipenuhi yaitu: topik yang dibahas, waktu yang tersedia,
kompetensi dasar, indikator
hasil belajar, rangkaian
materi, alat dan bahan pelajaran yang digunakan, prosedur
kegiatan, dan pertanyaan yang harus dikerjakan setelah melaksanakan kegiatan.
Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan LKS (Hendro Darmodjo
dan Jenny
R.E Kaligis,
1992 : 40) antara lain :
1.
Memudahkan guru dalam mengelola
proses belajar, misalnya
mengubah kondisi belajar
dari suasana “guru sentris”
menjadi “siswa sentris”.
2.
Membantu guru mengarahkan siswanya
untuk dapat menemukan
konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam
kelompok kerja.
3.
Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan
sikap ilmiah serta membangkitkan minat
siswa terhadap alam sekitarnya.
4. Memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk mencapai
sasaran belajar.
Tujuan LKS menurut Hidayat
(2013) adalah LKS harus:
1. memberikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.
2.
Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap
materi yang telah disajikan.
3. Mengembangkan
dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.
Struktur LKPD secara umum adalah sebagai berikut (Departemen Pendidikan Nasional,
2007: dalam sosialisasi dan pelatihan KTSP) meliputi : 1) judul LKPD, identitas
mata pelajaran, semester, tempat; 2) petunjuk-petunjuk belajar; 3) kompetensi
yang akan dipahami; 4) indikator; 5) informasi pendukung; 6) tugas dan langkah kerja pengerjaan dan
7) penilaian. LKPD yang inovatif
dan kreatif akan memudahkan guru dalam mengarahkan dan melaksanakan pembelajaran, sedangkan bagi peserta didik dapat belajar
secara mandiri dan belajar memahami dan melaksanakan
tugas tertulis. Lembar kerja yang berkualitas
memudahkan guru mengarahkan peserta didik menemukan
konsep-konsep melalui aktivitas
perorangan atau kelompok
melalui instruksi didalamnya (Harahap, 2020:83).
LKS digunakan sebagai
salah satu media pembelajaran acuan siswa dalam memandu
pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan juga sebagai alat dalam mencapai
tujuan pembelajaran. LKS
bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip. Suatu bahan ajar LKS
sebaiknya disusun berdasarkan strukturnya, sehingga diperoleh susunan LKS yang sistematis dan teratur. Di mana LKS memuat judul, kompetensi dasar,
waktu penyelesaian, bahan atau alat yang digunakan, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dikerjakan siswa
(Dinas Pendidikan Nasional,
2006). LKS sebagai jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar secara
terarah (guided discovery activities). Hal ini berarti melalui LKS siswa
dapat melakukan aktivitas sekaligus
memperoleh semacam ringkasan
dari materi yang menjadi dasar aktivitas berikut
(Surachman, 1998:46).
Bahan
ajar yang digunakan
oleh siswa saat ini tidak efektif, karena tidak mendukung siswa untuk belajar mandiri,
siswa membutuhkan bahan ajar yang menarik minat
belajar. Bahan ajar yang dapat
digunakan pada saat pembelajaran jarak jauh yaitu LKPD berbasis literasi sains, LKPD berbasis literasi sains ini sangat efektif untuk
digunakan oleh siswa pada saat pembelajaran jarak jauh, karena
terdapat aspek-aspek literasi sains
yang membuat siswa tertarik untuk belajar sains, aspek literasi sains dapat membantu siswa untuk mengetahui
pengetahuan sains dan manfaat sains di kehidupan sehari-hari.
Kemampuan Literasi merupakan hal fundamental
yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam menghadapi era global untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup dalam berbagai situasi.
Literasi sains merupakan
kemampuan untuk memahami
sains, mengkomunikasikan sains, serta menerapkan kemampuan sains untuk memecahkan masalah. Untuk meningkatkan kemampuan
literasi sains disamping memerlukan motivasi
peserta didik, guru juga perlu mempertimbangkan strategi
pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi dan potensi peserta
didik yang mana pada proses
pembelajarannya menitik beratkan pada pemberian pengalaman
langsung dan pengaplikasian hakikat sains (Yuliati, 2017:21). Menurut Gormally et al. (2012:364), mendefinisikan literasi sains sebagai
kemampuan seseorang untuk membedakan fakta-fakta sains dari bermacam-macam informasi, mengenal dan menganalisis penggunaan metode
penyelidikan saintifik serta kemampuan
untuk mengorganisasi, menganalisis, menginterpretasikan data kuantitatif dan informasi
sains. Menurut Roenah, Kartika (2019: 94-95), ada empat kategori literasi sains yang harus termuat dan menjadi landasan
dalam pengajaran sains. Empat kategori literasi tersebut adalah sains sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge), sains sebagai cara untuk menyelidiki (way of investigating), sains sebagai
cara berpikir (way of thinking), dan interaksi sains, lingkungan, teknologi
dan masyarakat (interaction of science, environment, technology, and society).
Literasi sains seharusnya dikuasai siswa
yang berhubungan dengan bagaimana kepedulian
siswa terhadap lingkungan, kesehatan, ekonomi, masalah sosial teknologi, dan kemajuan, serta perkembangan ilmu pengetahuan. Terdapat
beberapa faktor yang mengindikasikan
kurangnya kemampuan literasi sains siswa khususnya di Indonesia, antara lain siswa jarang melakukan kegiatan praktikum dan
kurangnya pengetahuan siswa dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi (Rusilowati et
al., 2016:183). Beberapa penelitian yang
mendukung bahwa penggunaan LKPD berbasis literasi sains dapat meningkatkan kemampuan
literasi sains peserta didik antara lain penelitian Susiani et al., (2017) yang
menyatakan bahwa LKPD berbasis literasi
sains pada materi tumbuhan yang dikembangkan efektif
meningkatkan ketuntasan belajar
sebesar 93,75 %.
Inovasi
pembelajaran pada masa pandemi Covid-19
menggunakan paradigma baru bagi lembaga
pendidikan yang tidak lagi melaksanakan proses pembelajaran melalui
tatap muka di dalam kelas
dengan memanfaatkan teknologi (Chen, et al., 2020; Fitriyani, et al., 2020). Peran penting sistem informasi
teknologi jarak jauh dengan daring (online) dalam pendidikan harus disiapkan untuk menjalankan metode learning
from home. Salah satu alternatifnya
adalah mengembangkan bahan ajar desains digital seperti Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang bisa diakses
menggunakan handphone dan laptop (Gunawan,
2017; Basilaia & Kvavadze, 2020). Melalui inovasi
digital ini, permasalahan pembelajaran IPA
dapat teratasi meskipun belum mencakup semua kompetensi yang erdapat pada pelajaran
IPA. Dengan adanya teknologi akan mempermudah siswa dalam mengakses salah satunya LKS yang dibuat oleh guru
sehingga penguasaan materi pelajaran dapat diserap oleh siswa dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bao, W. 2020. COVID-19 and online teaching in higher education : A case study of Peking
University. March, 113–115.https://doi.org/10.1002/hbe2.191
Basilaia, G., & Kvavadze, D. 2020.
Transition to Online Education in Schools during a SARS-CoV-2 Coronavirus (COVID-19) Pandemic in Georgia.
Pedagogical Research, 5(4). https://doi.org/10.29333/pr/7937
Briliannur, B. C, Amelia,
A, Hasanah, U, Putra, M.A, Rahman, H. 2020. Analisis
Keefektifan Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Vol. 1 No. 20: 28-37.
Chen,
J., Qi, T., Liu,
L., Ling, Y., Qian, Z., Li, T., & Song,
Z. (2020). Clinical
progression of patients
with COVID-19 in Shanghai, China. Journal of
Infection.
Deliviana, E., Erni, M. H., Hilery, P.
M., & Naomi, N. M. (2020). PENGELOLAAN KESEHATAN MENTAL MAHAPESERTA DIDIK BAGI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN ONLINE DI MASA PANDEMI COVID19. Jurnal Selaras:
Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan, 3(2), 129-138. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/sel/articl e/view/270
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2007. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar.
Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2004. Pedoman Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa dan Skenario pembelajaran Sekolah
Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Febrianto, P. T., Mas’udah, S., & Megasari, L. A. 202). Implementation of Online Learning
during the Covid-19
Pandemic on Madura
Island, Indonesia. International Journal of Learning,
Teaching and Educational Research, 19(8), 233–254.
https://doi.org/10.26803/ijlter.19.8.13
Gikas, J., & Grant, M. M. 2013.
Mobile computing devices in higher education: Student perspectives on learning with cellphones, smartphones &
social media. Internet and Higher Education. https://doi.org/10.1016/jjheduc.2013.06.002
Gunawan, G., Harjono, A., Sahidu, H.,
& Herayanti, L. (2017). Virtual laboratory to improve students' problem-solving skills on electricity concept. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6(2),
257-264
Gormally, C., Peggy B., & Mary L., 2012. Developing a Test of Scientific Literacy
Skills (TOLS): Measuring
Undergraduates‘ Evaluation of Scientific Information and Arguments. CBE-Life Sciences
Education, 11 (2012), 364-377.
Harahap, H. S., (2020). Efektivitas Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Literasi
Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Pada Materi
Sistem Pencernaan Manusia.
Bedelau: Journal of Education
and Learning. 1(1) : 82-88.
Holbrook, J. & Milia R. 2009. “The Meaning of Scientific Literacy”. International Journal
of Environmental & Science Educational, 4 (3), 144-150.
Kartika & Roenah (2019).
Pengembangan Modul Ipa Berbasis Literasi Sains Pada Materi Suhu, Pemuaian, Dan Kalor Untuk Peserta Didik
Smp/Mts Kelas VII. Jurnal
Riset Pendidikan Fisika 4
(2), 91-97.
Khoir, A. (2008). Kesulitan belajar
sains: Studi Pada Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Sains Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 10 Jatimulya
Kabupaten Bekas. [versi elektronik]. Turats. 4. 1-21.
Marsigit. 2020. Logika Murni Untuk Mengatasi
Pandemic Covid-19. https://suyanto.id/logika-murni-untuk-mengatasi-pandemi-covid-19/ diakses tanggal
10 Desember 2021 Pukul 20.30
Marsigit, Condromukti. R, Setiana.
D. S, dan Hardiarti, S. (2018). Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis
Etnomatematika. Proseeding Seminar
Nasional Etnomatsenia.
Marsigit. 2020. The ICEBERG Approach
of Learning Fractions in Junior High School:
Teachers Refleksion Prior Lesson Study Activities. APEC-Chiang Mai International Symposium IV.
Marsigit. (2008). Lesson study:
Pendekatan Baru untuk Pembelajaran Matematika pada Murid Berkebutuhan Khusus.
Workshop dan Simposium
Internasional Universitas Negeri
Yogyakarta 23-25 Agustus 2008
McMillan, H, J. (2018). Classroom Assesment: Principles and Practice for
Effective Standards-Based Instruction. Library of Congress
Cataloging-in-Publication Data: United States of America
Nicola, M., Alsafi, Z., Sohrabi, C.,
Kerwan, A., AlJabir, A., Iosifidis, C., & Agha, R. (2020). The socio-economic implications of the coronavirus and COVID-19 pandemic: a review. International Journal of Surgery
Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M.,
Hyun, C. C., Wijayanti, L. M., & Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19
Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar.
EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1-12Safira, A. C, Setyawan,
A dan Citrawati,
T. (2020). Identifikasi Pemasalahan Pembelajaran IPA Pada
Siswa Kelas 3 SDN Buluh 3 Socah.
Jurnal Pendidikan MIPA. Vol 1. No 1
Prastowo, A. 2012. Panduan
Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Rahmawati, R., & Putri, E. M. I.
(2020, June). Learning From Home dalam Perspektif Persepsi Mahapeserta didik Era Pandemi
Covid-19. In Prosiding
Seminar Nasional Hardiknas (Vol. 1, pp. 17-24).
Ramdani, A., Jufri, A., &
Jamaluddin, J. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Android pada Masa Pandemi Covid-19 untuk Meningkatkan
Literasi Sains Peserta Didik. Jurnal
Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 6(3), 433- 440. doi: https://doi.org/10.33394/jk.v6i3.2924
Rusilowati, dkk., (2015). Pengembangan Buku Ajar IPA
Terpadu Berorientasi Literasi Sains
Materi Energy Dan Suhu. Journal Of
Innovative Science Education. 4 (2) : 34-40.
Setiawan, A. R. (2020). Penerapan
pendekatan saintifik untuk melatihkan literasi saintifik dalam domain kompetensi pada topik gerak lurus di sekolah
menengah pertama. https://thesiscommons.org/9e6zk/
Staker, H, Horn M.B. (2012). Classifying K-12 Blendd
Learning Innosight Insttitut Susiani, S. Indana, & N. K. Indah. 2017. Validitas dan Efektivitas LKS Berbasis Literasi
Sains
pada Materi Tumbuhan
untuk Siswa Kelas
X. E journal Unesa,
6(1): 60-67. Wardani,
N. D, Toenlioe E, J, A dan Wedi, A. (2018). Daya Tarik Pembelajaran di Era 21
Dengan Blended
Learning. JKTP Vol 1 No. 1: hal 13-18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar